Andai Aku Jalan Kaki,Masihkah Engkau Selalu Ada Untukku? (Sebuah Resensi)


Sebuah buku yang ringan dari segi ukuran karya Edi Mulyono ini banyak menyuguhkan kisah-kisah popcorn yang begitu renyah dan menyentuh hati, berbumbu jenaka tajam, satire, bentakan, dalam bentangan padang savana makna kebajikan yang bertepi. Sejak membaca judulnya pertama kali saya sudah jatuh cinta pada buku ini, meskipun dari tampilan cover nya yg agak garing namun serial popcorn yang disuguhkan dalam buku ini dapat menggasak ruhani terdalam setiap kita tentang siapa gerangan sesungguhnya aku,engkau, dan dia, dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Lihat saja isi dari setiap BAB demi BAB dalam buku ini, ada beberapa quote yang bisa kita jadikan hikmah dan pengisi dahaga akan jiwa dan ruhani kita :   

1.       Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada untukku?... “Sungguh,betapa nyamannya jadi aku,diidolakan dimana-mana, dihargai dimana-mana, dan didengarkan dimana-mana.Aku dianggap banget oleh siapa pun!.Tuluskah mereka melakukan semua itu untukku,demi diriku saja,semurni-murninya tanpa embel-embel apapun?.Sungguh aku telah melihat betapa kawan-kawan lama dulu jaya dan mapan,begitu dielu-elukan sebagai sang hebat,juara,orang super,seketika terasing dalam kesepian (estranged) saat semua gula yang ada padanya hilang. Cinta sampai mati,hari gini?Hmm..yang ada adalah uang sampai mati!”.

2.    Saat Kucium Kening Beku Nenek (In Memoriam Nenekku Jember)…”Yah,perasaan sesal yang mendera menguliti begitu sempurna setiap sisi jiwaku,betapa aku tergolong kalangan manusia yang baru merasakan makna kehadiran,cinta,kasih sayang, perhatian, empati, rindu, ketulusan, dan kesetiaan justru dikala dia sudah tidak ada lagi untukku.Sungguh lantaran kita menganggap kasih sayang,hubungan erat, dan perhatian mereka bisa kita dapatkan kapan saja,kita menjadi terbiasa untuk membelakangkan mereka. Ah,benarlah kata Nabiku tercinta,”Manusia itu kalau diberi satu lembah emas,niscaya akan meminta lembah kedua,ketiga,dan seterusnya,sampai tanah menyumpal mulutnya..”

3.       Kok Berat Banget Ya Minta Maaf?....”Persahabatan yg begitu manis selama ini telah kubunuh hanya untuk memuaskan egoku! Ego yang selama beberapa hari ini sungguh mengacak-acak kenyamanan hidupku sebagai manusia.Nurani yang menyeruku meminta maaf segera atas nama persahabatan bertarung keras dengan egoku yang meminta tetap diam atas nama gengsi. Ingin rasanya aku datangi rumahnya,minta maaf langsung kepadanya,tapi aku gengsi sekali melakukannya.Malu aku!”.
 
4.       Saat Hidup Hanya Memberiku Dua Pilihan… “yah,faktanya kita lebih takut memilih sesuatu bukan karena kita ngak yakin pada sesuatu itu,tapi lantaran kita takut pada ketakutan-ketakutan yang kita ciptakan sendiri pada sosok sesuatu itu,ketimbang menempuh ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tak semengerikan yang kita andaikan.Kita lebih suka memilih kebahagiaan sekejap ketimbang kebahagiaan jangka panjang.”

5.       Cinta dalam Hati… “Cinta terasa gamblang saat diungkapkan, dikatakan, dibahasakan. Tapi,jauh di kedalaman jiwaku,jiwamu,jiwa setiap anak manusia,cinta begitu misterius,sarat chemistry,tanpa ujung,kecuali maut yang memutuskannya!. Setiap cinta akan punya ruangnya sendiri, rumahnya sendiri, dikedalaman hati setiap manusia. Sebab,setiap cinta memang tak sama,tak pernah sama.” 

6.       Nobody is Perfect!...”Untuk kesekian kalinya,mungkin sudah ribuan kali,aku meyakinkan diriku bahwa didunia ini memang ngak pernah ada manusia yang sempurna.Kalau akal dan hati sudah dipergunakan sebaik-baiknya,niscaya status nobody is perfect itu akan bergeser menjadi “Kendati aku tidak sempurna,tapi aku tahu yang terbaik buatku!”.  

7.       NATO (No Action Talk Only)…. “Apa sih bedaku yang terdidik dan tahu ilmu agama ini dengan para penjahat jalanan itu, kalau aku pun ternyata hanya bisa menasihati dan mendoakan, tapi gagal menaklukkan cintaku pada sebagian kecil hartaku untuk menyelamatkan kehidupan orang lain?”. 

8.       Yang Maha Menyebalkan… “Betapa egoisnya aku,arogannya aku,bahkan secara ringan hati mengembel-embeli dengan naluri instingtif paling primitif sebagai lelaki sejati,imam rumah,pemberi kebutuhan hidupnya!”. 

9.       Aku Ingin Cantik (Aku Benci Tubuhku!)…. “Sering banget aku kadang nangis sendirian dikamar ini, menyesali semua keadaan yang begitu sempurna memurukkanku gini.Sering banget pula aku mengutuk kedua orang tuaku yang telah menularkan virus jeleknya padaku.Nduk,syukuri semua apa yang diberikan Tuhan padamu,diluar sana sangat banyak orang yg tidak sempurna sepertimu,tanpa mata,tanpa pendengaran,tanpa tangan bahkan tanpa nyawa.Syukuri ya,Nduk jangan ngeluh terus,sebab kalau hanya terus menuruti hawa nafsunya, manusia itu ngak akan pernah merasa cukup kecuali dia sudah berada dibawah cungkup..” 

10.   Gosip… “Inikah rahasia apa yang dulu pernah diistilahkan sahabatku yang hebraattt itu, yang serba bisa itu,mulai nyanyi,joget,nulis,ngedit,kultum,kecuali memasak,sebagai “kejahatan mulut”?..Mulut..mulut..Nyinyir..nyinyir…”

11.   Wonder Women… “Saat terjungkal dalam keterpurukan seperti ini,saat gerimis begitu sempurna sedari berjam-jam tadi menghempaskan kepedihannya kerelung hatiku,aku kian sadar bahwa telah sangat terlambat bagiku untuk sekedar mengagumi setiap jengkal keagungan sang wonder women-ku itu.Manusia memang tak pernah menyesal sebelum kejadian, bahkan kendati sangat sadar risiko yang bisa menimpa jika tetap dilakukan.”  

12.   Menjauh atau Mendekat Ya?... “Ah,sepertinya memang ada benarnya nasihat orang jawa itu bahwa jalaran trisno sokokulino, cinta bisa terjadi lantaran kebiasaan.Aku terdiam begitu lama disini,tertelan bayang-bayang kerinduanku padanya yg begitu berhasil menyiksaku sejak semalam dan kesadaran kuat untuk mengabaikannya.Tarik-menarik.Menjauh atau mendekat ya?.Ya,Tuhan,kini aku yakin bahwa persoalan terbesarku adalah dia,dan kalian semua dalam pergaulan masa kini yang sangat heboh seperti teknologi FB ini bukan terletak pada ‘menjauh atau mendekat’,tapi ada disini nih,ya,disini,didalam hati.”   

13.   Ngomong atau Ngentut Sih?... “Ah,susah aku membedakan mana suara mulutnya dan mana suara duburnya.Mana kata-katanya sebagai manusia dan mana suaranya sebagai makhluk yang butuh buang angin sebagai kentut?”.

14.   Dengarkan Aku!...  “Suasana hati akan mempengaruhi rasa yang hadir,kemudian rasa itu akan mengejawantah dalam ragam ekspresi fisik yang mempengaruhi tampilan kita.Sejak kemarin aku hanya mau bilang : JANGAN PUTUSKAN APA PUN DALAM KEADAAN EMOSI”.

Dari setiap isi BAB demi BAB diatas setidaknya bisa sedikit menerjemahkan aku,engkau, dan dia itu. Tentang siapakah aku?, siapakah engkau? Dan siapakah dia?. Penulisnya sendiri mempercayai bahwa manusia adalah bukan semata makhluk spritual,humanistik, ataupun materialistik. Menempatkan manusia sebagai homo religious saja, nyatanya kita tetap butuh makan,uang,rumah,teman dan tatanan sosial. Menilai manusia sebagai makhluk sosial-humanistik an sich, nyatanya kita ya butuh Tuhan dan Kitab suci untuk menjawab keliaran imajinasi-imajinasi tentang kehidupan yang tak terfisikkan. Pun, menyuguhkan manusia sebagai makhluk material belaka, faktanya kita ya nggak bisa menghindar dari sergapan rasa sedih,marah,kecewa, dan illfeel saat ada sesuatu atau seseorang yang mencederai jiwa kita.

Catatan-catatan hati dalam buku ini dari segi kompleksitas tema,peristiwa,kisah,curhat terasa sangat manusia, kita banget,aku banget,engkau banget dan dia banget. Kembali pada kita bagaimana menempatkannya itu semua sehingga kita dapat melihatnya dari sisi-sisi lain yang berhikmah dan bermanfaat buat hidup Anda.
===================
“Andai aku jalan kaki,dibawah terik matahari, bermandi keringat, menahan lapar, bertubuh dekil nan buluk, dengan dompet kempes yang tidak bisa untuk beli sebuah air kemasan gelas, akankah kau, kau, kau yang kini selalu tersenyum manis dan mendengarkanku, tetap mau menyapaku,tersenyum padaku,menyentuh lenganku,merangkulku,memelukku,menciumku,dan menganggapku manusia?”..Ahh.. Andai Aku Jalan Kaki,Masihkah Engkau Selalu Ada Untukku?.  (phali).

0 komentar: