Sebuah Renungan dari Anjangsana Ke Panti Asuhan


Jalanan masih basah selepas hujan menyirami bumi disore hari ini, ketika Kami berencana untuk melakukan kunjungan ke Panti-panti Asuhan pada Ramadhan kali ini. Bulan Puasa ini memang sudah menjadi bagian dari agenda kami untuk bisa beranjangsana ke Panti-Panti Asuhan, sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya tahun ini kami juga berkunjung ke Panti-panti Asuhan untuk memberikan sedikit bantuan kepada adik-adik di Panti-Panti Asuhan tersebut.

Panti Asuhan Al-Khaerat menjadi tujuan awal kami untuk menyalurkan bantuan yang sudah terkumpul dari kegiatan Baksos ini. Raut wajah yang ceria dari adik-adik di Panti Asuhan tersebut terlihat jelas menyambut kami ketika kami baru memasuki halaman Panti Asuhan tersebut. Keceriaan yang cukup membuat saya terharu ketika mereka berkumpul lengkap dengan seragam gamis hijau yang bersih dan indah untuk dipandang, ternyata pada hari itu juga mereka sedang bersiap-siap untuk memenuhi undangan berbuka puasa bersama dari salah seorang tokoh masyarakat di kota ini.. (he..he,kami sedikit “ge-er” tentang penyambutan lengkap berseragam itu, kami kira itu semua dipersiapkan untuk menyambut kami,gubrak..!!!). Memang kalau kita lihat, setiap Ramadhan begitu banyak orang-orang yang mampu dari segi finansial mengundang anak-anak Panti Asuhan untuk berbuka puasa dan memberikan bantuan, belum lagi kalo kita bicara pada musim pemilu atau pilkada yang begitu banyaknya calon-calon kandidat sebelum pemilu dan pilkada beramai-ramai memberikan bantuan, karena mungkin mereka berpikir dengan sumbangan tersebut maka suara akan mengalir kepada mereka, Wallahu ‘Alam. Namun, terlepas dari itu semua Niat dan keikhlasan kita lah yang lebih utama dari itu semua. Bukankah kebaikan yg kita niatkan dan laksanakan dengan penuh keikhlasan akan kembali juga kepada kita dalam bentuk balasan dan kebaikan dari-Nya yang berlipat-lipat jumlahnya. Wallahu ‘Alam.

Selepas kami berkunjung ke Panti Asuhan Al-Khaerat, tujuan kami selanjutnya menuju ke Panti Asuhan Muhsyahwir, lokasinya yang cukup jauh dari Panti Asuhan yang pertama kami kunjungi sedikit membuat kami kesulitan melewati gang-gang sempit disekitar deretan perumahan-perumahan untuk tiba di lokasi yang kami tuju. Rasa lelah kami untuk sampai ke Panti Asuhan tersebut nampaknya tidak terasa ketika melihat keceriaan raut wajah dari adik-adik Panti Asuhan tersebut dalam menyambut kami, apalagi salah seorang teman berbisik pada saya “Subhanallah, anak panti nya disini yang remaja putrinya cantik-cantik juga ya, prekitieww..”. ha..ha.. sy cuma senyum-senyum sj mendengarnya.

Melihat lokasi Pantinya yang agak menjorok masuk ke dalam gang kecil, saya cukup terharu juga melihat kondisi bangunan Panti tersebut, kalo kita lihat bangunan pantinya adalah sebuah rumah panggung berdinding kayu dengan lantai semen yang luasnya cuma beberapa meter persegi mampu menampung sekitar 40-an anak-anak Panti, cukup mengiris hati ini apakah mereka tidak saling berdesak-desakan dengan kondisi ruangan Panti yang amat sempit ini. Saya sempat merenung, bahwa begitu kurang bersyukurnya diri ini yang sudah diberikan tempat tinggal yang layak dan tidur diatas ranjang tanpa perlu berdesak-desakan bila dibandingkan dengan kondisi adik-adik di panti tersebut, sebuah refleksi nyata yang seharusnya bisa menampar kita bahwa kita memang masih kurang banyak bersyukur kepada-Nya bahkan kadang kita masih merasa kurang dari semua fasilitas dan rahmat serta kasih sayang-Nya yang telah diberikan kepada kita.

Akhirnya, kegiatan Baksos kami sore ini berakhir dengan mengunjungi Panti Asuhan Fatahillah. Sama seperti kedua panti asuhan yg telah kami kunjungi, raut wajah keceriaan tetap menyambut kedatangan kami dan cukup menghangatkan diri ini. Di Panti Asuhan ini juga kami mengakhiri kegiatan Baksos kami pada Ramadhan tahun ini untuk berbagi dengan adik-adik di Panti Asuhan, kamipun pamit pada pengurus panti dan adik-adik di Panti asuhan tersebut mengingat Adzan maghrib yang sebentar lagi akan berkumandang menandakan tanda berbuka puasa.  

Namun, ada suatu hal yang cukup membuat sy bangga dan senang terhadap anak-anak di ketiga Panti Asuhan yang kami kunjungi ini,dari cerita yang saya dengar dari pengurus panti ternyata anak-anak Panti Asuhan ini masih tetap bersekolah dan masih tetap semangat dalam mengejar mimpi dan cita-cita mereka, hal yang seharusnya tak lepas dari pengawalan Pemerintah dan Kita untuk menjaga mereka untuk menggapai impiannya, bukankah di UUD negara kita juga menjamin bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara.

Suatu hal yang mungkin dapat menjadi pelajaran dan renungan bagi kita adalah bahwa bantuan yang mereka terima dan undangan berbuka puasa bersama yang mereka rasakan di Ramadhan ini, jauh direlung hati mereka bukannya melihat seberapa besarnya sumbangan itu atau seberapa nikmatnya sajian menu buka puasa itu namun bagi mereka lebih disayangi dan diperhatikan di bulan Ramadhan ini. Anak-anak Panti Asuhan tersebut tidak melihat dari besarnya bantuan dan santunan yang kita berikan namun mereka melihatnya sebagai wujud kasih sayang, dan mereka haus akan hal itu. Rasa kasih sayang itulah yang mereka rindukan selama ini dari kita, sebagaimana rasa kasih sayang orang tua kita terhadap kita yang jarang mereka dapatkan… (Phali).
==================================
“tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya,
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (Q.S. Al-Maa'uun: 1-7)
semoga kita tidak termasuk diantaranya...